tinggal bersama keluarga sederhana dan mempunyai sahabat yg istimewa
ayah, ibu, kakak, dan sahabatku yg istimewa bernama dika
mereka adalah jiwaku dalam melangkah
tanpa mereka mgkin aku hnya ingin berdiam diri saja dirumah
jika sendiri tanpa di awasi mreka
aku tidak akan ingin berusaha untuk bisa melangkah
bukan karena kakiku luka
tetapi..
yap, kedua mataku tak bisa melihat
lebih tepatnya aku buta.
karna kecelakaan pada usiaku yg menginjak tahun ke-3.
karna kecelakaan pada usiaku yg menginjak tahun ke-3.
hanya dika satu-satunya teman yg kukenal baik, menerima aku sbg teman dengan apa adanya.
meskipun keadaan mataku buta
yg bahkan bagi diriku sendiri, aku amat sangat menyusahkan menjadi teman untuknya.
namun itu semua, ditunjukan dari dika bahwa tidak benar adanya.
terbukti dari sifat-sifat alami baiknya yg telah aku terima.
bahkan, aku pernah amat sangat dilarang olehnya untuk kembali berprasangka yg tidak-tidak.
jarak rumaku dan dika hanya beberapa meter saja kata sang ibunda
aku dan dika sering berangkat dan pulang sekolah hingga bermain bersama
bahkan sampai dika dengan keluargaku mjd sangat begitu dekatnya.
aku sering sekali berterimakasih terhadap dika di sela-sela kita bicara, bermain, bercanda, dan tertawa.
"dika.. terimasih sekali kamu amat sangat baik ingin berteman dan mendampingi aku selama ini".
"iiyyaa kesya.."
*slalu begitulah jawaban dika dengan simple-nya yg selalu aku ingat dalam telingaku yg amat peka.
"hingga nanti aku operasi dan bisa melihat, pasti tepat didepanmu aku akan bisa tersenyum , dan mungkin menangis untuk kali pertama di pelukanmu dengan erat."
*aku dengan kondisi batin yg lemah.
dapat melihat ayah, ibu, kakak, dan terutama dika adalah suatu cita-cita.
Hingga suatu ketika.
tiba pada harinya, aku telah mendapat pendonor kornea mata yg sangat baik dapat mendonorkannya.
saat keberengkatanku menuju pada hari operasi
sebelum dirumah sakit dengan sekujur tubuh diselimuti keringat cemas dan haru
serambi aku mencengkram erat tangan kanannya dan bertanya pada ibu:
"ibuu.. dika mana??"
"dika adaa dirumah sayang.. " *suara ibu dengan sosok lembutnya dan terdegar suara air mata.
"bunda nangis?"
"enggaa saayaang.. bundaaa terharu hingga akhirnya."
Dan setelah melewati hari-hari operasi
kini, yaa kini!
kini aku telah bisa melihat dunia..
oh betapa indahnya
terimakasih tuhan atas anugerah dan secercah cahaya.
sesosok ayah ibu dan kakak ada dan bisa aku lihat dengan apa yg namanya mata.
tapi, ada yg aku rasa kurang sempurna.
Dikaaa.. dimana dika ??!!
Dika adalah sesosok anak laki-laki 11tahun umurnya
bahagia adalah muka yg selalu ditunjukannya di depan org-org dan teristimewa untuk kesya
tak terlihat betapa ia dapat menangis dalam derita sakitnya yg bengis
cukup keluarganya yg mengetahui betapa ia sangat teriris oleh sakitnya mnuju tahap kronis
begitulah singkat cerita yg kudengar langsung dari ibu
senyum, sedih, haru menjadi satu.
"hingga nanti aku operasi dan bisa melihat, pasti tepat didepanmu aku akan bisa tersenyum , dan mungkin menangis untuk kali pertama di pelukanmu dengan erat."
itulah cita-cita kecilku selama aku buta ingin sekali melihat dika.
namun dari salah satu bait cerita dari bunda,
dika pernah berpesan kepada mamah dan papahnya.
"Mamah, Papah. aku sangat sayang terhadap kalian. Bilamana hari ini adalah waktuku, aku mohon.. cuma satu permintaan terakhirku. Mamah, Papah. Tolong titipkan kornea mataku ini teruntuk Kesya ... "
saat itu pula lah kali pertama aku mengeluarkan airmata.
meskipun keadaan mataku buta
yg bahkan bagi diriku sendiri, aku amat sangat menyusahkan menjadi teman untuknya.
namun itu semua, ditunjukan dari dika bahwa tidak benar adanya.
terbukti dari sifat-sifat alami baiknya yg telah aku terima.
bahkan, aku pernah amat sangat dilarang olehnya untuk kembali berprasangka yg tidak-tidak.
jarak rumaku dan dika hanya beberapa meter saja kata sang ibunda
aku dan dika sering berangkat dan pulang sekolah hingga bermain bersama
bahkan sampai dika dengan keluargaku mjd sangat begitu dekatnya.
aku sering sekali berterimakasih terhadap dika di sela-sela kita bicara, bermain, bercanda, dan tertawa.
"dika.. terimasih sekali kamu amat sangat baik ingin berteman dan mendampingi aku selama ini".
"iiyyaa kesya.."
*slalu begitulah jawaban dika dengan simple-nya yg selalu aku ingat dalam telingaku yg amat peka.
"hingga nanti aku operasi dan bisa melihat, pasti tepat didepanmu aku akan bisa tersenyum , dan mungkin menangis untuk kali pertama di pelukanmu dengan erat."
*aku dengan kondisi batin yg lemah.
dapat melihat ayah, ibu, kakak, dan terutama dika adalah suatu cita-cita.
Hingga suatu ketika.
tiba pada harinya, aku telah mendapat pendonor kornea mata yg sangat baik dapat mendonorkannya.
saat keberengkatanku menuju pada hari operasi
sebelum dirumah sakit dengan sekujur tubuh diselimuti keringat cemas dan haru
serambi aku mencengkram erat tangan kanannya dan bertanya pada ibu:
"ibuu.. dika mana??"
"dika adaa dirumah sayang.. " *suara ibu dengan sosok lembutnya dan terdegar suara air mata.
"bunda nangis?"
"enggaa saayaang.. bundaaa terharu hingga akhirnya."
Dan setelah melewati hari-hari operasi
kini, yaa kini!
kini aku telah bisa melihat dunia..
oh betapa indahnya
terimakasih tuhan atas anugerah dan secercah cahaya.
sesosok ayah ibu dan kakak ada dan bisa aku lihat dengan apa yg namanya mata.
tapi, ada yg aku rasa kurang sempurna.
Dikaaa.. dimana dika ??!!
Dika adalah sesosok anak laki-laki 11tahun umurnya
bahagia adalah muka yg selalu ditunjukannya di depan org-org dan teristimewa untuk kesya
tak terlihat betapa ia dapat menangis dalam derita sakitnya yg bengis
cukup keluarganya yg mengetahui betapa ia sangat teriris oleh sakitnya mnuju tahap kronis
begitulah singkat cerita yg kudengar langsung dari ibu
senyum, sedih, haru menjadi satu.
"hingga nanti aku operasi dan bisa melihat, pasti tepat didepanmu aku akan bisa tersenyum , dan mungkin menangis untuk kali pertama di pelukanmu dengan erat."
itulah cita-cita kecilku selama aku buta ingin sekali melihat dika.
namun dari salah satu bait cerita dari bunda,
dika pernah berpesan kepada mamah dan papahnya.
"Mamah, Papah. aku sangat sayang terhadap kalian. Bilamana hari ini adalah waktuku, aku mohon.. cuma satu permintaan terakhirku. Mamah, Papah. Tolong titipkan kornea mataku ini teruntuk Kesya ... "
saat itu pula lah kali pertama aku mengeluarkan airmata.
ceritanya bagus :) tapi,mudah terbaca ending nya..hehe
BalasHapus